7 Perbedaan Crossfit dan Calisthenic

Crossfit dan Calisthenic sama-sama dikenal sebagai metode latihan fungsional yang menekankan kemampuan tubuh bekerja secara efektif. Meski memiliki kesamaan pada pola gerak dasar, keduanya berbeda secara signifikan dalam pendekatan, tujuan, dan sistem latihan. Berikut 7 perbedaan crossfit dan calisthenic:

1. Sistem Latihan

Crossfit merupakan sistem latihan terstruktur yang menggabungkan angkat beban, latihan berat badan, dan conditioning metabolik dalam satu program. Calisthenic lebih bersifat metode latihan berbasis berat badan tanpa sistem periodisasi yang kompleks.

2. Penggunaan Beban

Dalam crossfit training, beban eksternal seperti Barbell, Kettlebell, dan Medicine Ball misalnya, digunakan untuk meningkatkan stimulus latihan. Sedangkan, calisthenic mengandalkan berat badan sendiri sebagai sumber resistensi utama.

3. Variasi Latihan

Crossfit dikenal dengan variasi workout yang terus berubah untuk mendorong adaptasi luas. Sementara, calisthenic cenderung memiliki variasi yang lebih terbatas dan progresi yang berfokus pada penguasaan satu gerakan.

Perbedaan crossfit dan calisthenic ini sangat mencolok. Yang satu variatif dan terbuka dalam mengadaptasi gerakan baru, sementara satunya lagi cenderung sebagai variasi biasa pada gerakan yang sama.

4. Intensitas dan Volume

Crossfit training sering melibatkan intensitas tinggi dan volume kerja besar dalam waktu singkat. Calisthenic umumnya menekankan kontrol, tempo, dan kualitas gerakan dibandingkan intensitas ekstrem.

Perbedaan crossfit dan calisthenic yang ini pun sangat mencolok: satu berintensitas tinggi bahkan ekstrem, sedangkan yang lainnya tidak.

5. Tujuan Performa

Tujuan utama crossfit adalah meningkatkan kapasitas kerja menyeluruh, mencakup kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan koordinasi secara simultan. Calisthenic lebih berfokus pada kekuatan relatif, keseimbangan, dan kontrol tubuh.

6. Resiko Cedera

Resiko cedera dalam latihan crossfit berkaitan dengan penggunaan beban eksternal yang over, dan intensitas tinggi dengan teknik yang buruk. Pada calisthenic, resiko memang relatif lebih rendah, namun tetap ada jika progresinya tidak terkontrol.

7. Transfer ke Aktivitas Nyata

Crossfit training dirancang untuk memiliki transfer luas ke aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga lain. Calisthenic memiliki transfer kuat pada stabilitas dan kontrol tubuh, namun dengan spektrum adaptasi yang lebih spesifik.

Penutup

Perbedaan crossfit dan calisthenic terletak pada sistem, beban, dan tujuan latihan; crossfit training cocok bagi mereka yang mengejar performa menyeluruh dan kapasitas kerja tinggi, sedangkan calisthenic ideal untuk membangun pondasi kekuatan dan kontrol tubuh secara fungsional.

Magnus Fitness
Magnus Fitness