Functional fitness atau kebugaran fungsional itu erat kaitannya dengan functional training (latihan fungsional). Dengan kata lain, tidak bakal terwujud kebugaran fungsional tanpa adanya aktivitas latihan fungsional itu sendiri. Terkait ini, ke-3 istilah: Functional training, functional exercise, dan functional fitness, sering mendapatkan makna yang sama di kalangan para fitness enthusiast, sehingga ketiganya selalu dianggap sama saja.
Lalu, apa itu functional fitness sebenarnya, apa pula yang dimaksud dengan latihan fungsional dengan segala bentuknya, dan seberapa vital peran kebugaran fungsional dalam kehidupan nyata (real life)? Semua hal tersebut beserta segala yang terkait di dalamnya, diulas lugas dan tuntas di bawah.
Apa itu Functional Fitness
Functional fitness adalah suatu KONDISI kebugaran seseorang yang telah mampu membentuk kekuatan (strength), daya tahan (endurance), keseimbangan (stability), fleksibilitas (fleksibility), dan mobilitas (mobility), terhadap aktivitas fisik sehari-hari yang bersifat fungsional, seperti berjalan, berjongkok, mendorong, menarik objek, membungkuk, menjaga keseimbangan, dan mampu merotasi badan ke segala arah secara maksimal (range of motion maximum). Inilah pola gerakan utama manusia (7 primal movement pattern).
Nah, kondisi kebugaran fungsional yang mampu ‘melahap’ semua gerakan fungsional itu dalam dunia nyata, tidak terwujud dalam sehari semalam! Ini membutuhkan niat, komitmen, dan latihan serius dari waktu ke waktu; latihan dengan cara yang benar dan konsisten, yaitu meniru gerakan-gerakan aktivitas fisik harian tersebut – gerakan aktivitas fisik itu diformulasikan dalam apa yang disebut dengan functional training atau functional exercises..
Mengapa Functional Fitness itu Vital?
Functional fitness itu vital alias “sangat penting”, karena dengan kondisi bugar yang terbentuk maksimal, semua aktivitas fungsional apapun yang ditemui dalam kehidupan setiap hari dapat lebih smooth dan mudah dijalani. Ini sangat penting, agar resiko cedera dan ‘celaka’, akibat dari gerakan fungsional tersebut dapat terhindarkan, dan atau nihil sama sekali.
Terhindar dari potensi celaka aktivitas harian, karena telah mencapai tingkat kebugaran fungsional yang memadai, itu sama dengan sesi warm-up yang dilakukan sebelum masuk pada olahraga inti sesungguhnya. Jadi, jika warming up sama dengan latihan fungsional-nya, maka olahraga inti itu ibarat aktivitas harian-nya. Ingat, tanpa pemanasan sebelum berolahraga inti (melakukan Powerlifting, misalnya), maka resiko celaka dan cedera, besar kemungkinan terjadi.
Bentuk Latihan Kebugaran Fungsional
Oke, saya paham sekarang tentang functional fitness. Saya mau melatihnya sekarang. Apa saja bentuk-bentuk latihannya?
Dilansir dari salah satu artikel pada situs ini: Functional Training, Latihan Kebugaran Krusial, disimpulkan bahwa, guna mencapai kondisi kebugaran fungsional yang ideal bagi tiap-tiap orang, maka itu memerlukan functional exercises yang terbagi dalam 2 bentuk besar, yaitu:
Functional Training Tanpa Alat
Bisa dibilang, metode latihan ini tidak mengeluarkan modal sama sekali. Hanya modal niat dan konsisten pada goals pribadi, functional training tanpa alat ini dapat dilakukan di rumah oleh siapa saja. Inilah yang disebut pula dengan bodyweight training atau latihan dengan memanfaatkan bobot tubuh saja; calisthenic merupakan istilah lain yang semakna dengan maksud ini.
Squat (tanpa barbel), single leg squat, push-up, plank, plank to push-up, pull-up dan chin-up, burpees, lunge, high knees, hinge, single-leg hops, dll merupakan contoh bentuk-bentuk latihan fungsional tanpa menggunakan functional training equipments.
Functional Training dengan Alat Gym
Melakukan functional exercises tanpa alat dalam waktu yang lama bisa jadi membosankan, karena tanpa tantangan baru. Berangkat dari alasan inilah, seorang fitness enthusiast yang ingin mendapatkan variasi dan challenge latihan akan membutuhkan kehadiran alat gym, seperti barbel (lengkap dengan weight plates-nya), dumbbell, kettlebell, rope, medicine ball, TRX suspension, bench, power rack, dan bahkan all in one trainer.
Rekomen: All In One Trainer Superlative
Dengan eksistensi alat-alat fitness tersebut, bentuk-bentuk latihan fungsional, seperti powerlifting (squat, bench press, deadlift), dumbbell lunges, lat pulldowns, leg press, pull-up dan chin-up, battle rope, kettlebell swing,serta farmer’s carry, dapat dilatih dengan maksimal.
Functional Exercise dengan All in One Trainer?
Ada yang berpendapat, bahwa functional exercise, tidak perlu menggunakan alat gym berbasis mesin, seperti all in one trainer atau all in one gym machine. Menurut kami, pendapat itu sah-sah saja, namun kurang tepat.
Rekomen: All In One Gym Machine untuk Latihan Fungsional
Pendapat itu kurang tepat, karena sepanjang latihan dengan atau tanpa alat gym itu mendatangkan hasil akhir yang aman dan bagus untuk aplikasi gerakan fungsional sehari-hari, kenapa tidak…?
Khusus terkait pemakaian all in one trainer, justeru lebih bagus lagi, karena dengan alat gym tersebut, gerakan fungsional dapat distimulus dengan tepat dan aman, karena adanya safety system yang melekat pada satu unit mesin yang mampu mengakomodir ratusan varian latihan ini. Ketimbang, melakukan gerakan fungsional yang sama dengan cara freeweight (tanpa safety system support). Jika anda berlatih powerlifting dengan SBD-nya (squat, bench press, deadlift), anda akan paham terhadap hal ini.
Hubungan Kebugaran Fungsional dan Powerlifting
Adakah hubungan antara kebugaran fungsional dengan powerlifting? Ya, ada hubungan antara keduanya, kendatipun fokus masing-masing sedikit berbeda.
Fokus functional fitness itu untuk meningkatkan KEMAMPUAN fisik, agar maksimal dalam segala aktivitas sehari-hari, atau bahkan dalam aktivitas olahraga tertentu. Jadi, pendekatan yang dilakukan adalah menscale-up kekuatan, ketahanan, keseimbangan, fleksibilitas, dan mobilitas secara keseluruhan, sehingga resiko cedera dan celaka dalam beraktivitas menjadi minim, bahkan nihil.
Powerlifting hanya berfokus pada peningkatan KEKUATAN fisik secara maksimal, melalui tiga gerakan utamanya (squat, bench press, deadlift) – tujuan akhirnya satu: mengangkat beban seberat mungkin.
Kendatipun fokusnya berbeda, keduanya dapat saling melengkapi. Latihan powerlifting dapat membantu meningkatkan kekuatan yang diperlukan untuk melakukan gerakan fungsional dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengangkat barang-barang berat atau melakukan aktivitas fisik yang intens.
Sedangkan, kondisi functional fitness yang terbentuk prima melalui latihan fungsional yang intens, dapat membantu memperbaiki kelemahan atau keterbatasan yang mungkin terjadi dalam gerakan powerlifting, seperti buruknya mobilitas, dan atau kurangnya stabilitas (keseimbangan) ketika gerakan SBD itu dilakukan dalam repetisi tertentu.
Jadi, dengan memadukan keduanya, akan tercapai keseimbangan yang baik antara KEMAMPUAN FUNGSIONAL dan KEKUATAN MAKSIMAL.
Crossfit dan Functional Training
Selain gerakan powerlifting yang mendorong memperkuat gerakan fungsional, Crossfit pun menerapkan bentuk-bentuk latihan yang bertujuan memaksimal aktivitas fungsional manusia sehari-hari. Farmer’s Carry misalnya, menjadi salah satu menu Workout of the Day (WOD) khas crossfit. Dimana, crossfitters menggenggam dua buah kettlebell, dan atau dumbbell pada masing-masing tangannya, lalu berjalan lurus bolak-balik dalam jarak tempuh yang ditentukan, dan dengan repetisi serta set tertentu.
Gerakan farmer’s carry ini adalah salah satu bentuk aktivitas manusia ketika membawa sebuah benda dengan berat tertentu, menuju ke suatu lokasi. Nah, kekuatan otot lengan, mobilitas, dan stabilitas, sangat menentukan gerakan latihan atau aktivitas serupa itu dalam dunia nyata, berlangsung mulus.
Jadi, sama dengan powerlifting, bila dilakukan dengan benar, WOD crossfit pun berkontribusi membangun kebugaran fungsional yang prima.
Kesimpulan
Tidak mau cedera dalam beraktivitas sehari-hari? Latihan fungsional adalah salah satu solusinya; perannya vital dalam kehidupan nyata!
Functional fitness yang prima akan terbentuk melalui functional training yang tepat dan konsisten dengan atau tanpa alat gym. Dan, di antara bentuk latihan gerakan fungsional lainnya, the big 3-nya powerlifting, bakal mendorong tercapainya kekuatan fungsional (functional strength) yang maksimal. Sebaliknya, dengan berlatih gerakan fungsional, mobilitas dan stabilitas gerakan powerlifting pun menjadi lebih stabil dan kuat.